Kamis, 20 Januari 2011

Akhir Pereng Dingin

Perang dingin telah berakhir," demikian ungkap Presiden George W Bush pada Jumat (15/8). Meski demikian, era baru kebencian antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia telah muncul.

Kebencian itu mungkin tak akan sesengit sengketa nuklir AS dan Uni Soviet, tapi saat ini kebencian itu muncul sebagai penyaring. Bush beranggapan karakter perang dingin kuno tak lagi berhubungan erat. Dia mengungkapkan adanya negara bebas dan tidak bebas dan secara terang-terangan menempatkan Rusia pada salah satu sisinya.

"Tindakan Rusia beberapa hari terakhir ini telah merusak kredibilitas sendiri dan hubungannya dengan negara di dunia bebas. Mengganggu dan mengintimidasi tidak diterima sebagai kebijakan luar negeri di abad ke-21 ini," tandasnya.

Sementara Georgia, menurut Bush, telah menggelar pemilu bebas, membuka perekonomian, dan membangun fondasi demokrasi dari reruntuhan Soviet.

Rusia, secara implisit bagi Bush, tidak melakukan itu. Pernyataan Bush itu merefleksikan pandangan yang lebih sinis terhadap Rusia ketimbang melihat ke dalam rancangan kemitraan yang selama hampir delapan tahun diusahakan Bush terhadap Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin yang kini masih memegang kendali kuasa di Moskow.

Demikian diungkapkan The New York Times. Meski demikian, Bush juga memuji langkah Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan Georgia kemarin. "Ini adalah langkah yang penuh harapan,? ujar Bush beberapa jam setelah Medvedev menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang dibrokeri Prancis sebagaimana dikutip AFP.

"Sekarang Rusia harus menghormati perjanjian itu dan menarik pasukannya," imbuh Bush. Kesepakatan gencatan senjata itu sendiri menyerukan seluruh aktivitas militer dihentikan dan penarikan tentara baik dari Georgia maupun Rusia. Tentara-tentara itu diminta dikembalikan ke pos sebelum konflik senjata. Sehari sebelumnya, Presiden Georgia Mikheil Saakashvili juga telah menandatangani kesepakatan itu.

Kesepakatan damai itu juga memasukkan rencana untuk memulai perundingan tentang masa depan South Ossetia dan Abkhazia. Menurut BBC, pada diplomat mengatakan Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diperkirakan segera mengambil keputusan terhadap resolusi untuk memformalkan kesepakatan gencatan senjata.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga akan bertemu dengan wakil permanen Rusia di PBB karena sampai saat ini dia belum bisa mengontak Presiden Rusia.

Krisis Rusia-Georgia yang dimulai 11 hari lalu berawal ketika pasukan Georgia melancarkan serangan dadakan untuk mengambil kembali kontrol terhadap South Ossetia yang secara de facto mengumumkan merdeka sejak akhir perang sipil pada 1992. Serangan itu lantas dibalas Rusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar